AONE.CO.ID.Batang Hari- Sumur warga di Desa Kotoboyo, Kecamatan Batin XXIV, Kabupaten Batanghari, Jambi warnanya berubah menjadi hitam. Hal ini dikarenakan sumur tersebut tercemar limbah perusahaan pertambangan batubara yang ada di desa itu.
Untuk diketahui ada belasan perusahaan pertambangan di Desa Kotoboyo. Bahkan, wilayah ekplorasi pertambangan terbanyak di Provinsi Jambi adalah di wilayah Kabupaten Batanghari.
Informasi yang dihimpun awak media di lapangan, sumur warga yang terdampak limbah perusahaan tambang mencapai tiga RT. Hanya saja tidak ada tindakan dari pihak berwenang terhadap persoalan ini.
Warga sudah melakukan komplain langsung dengan pihak perusahaan. Namun, pihak perusahaan hanya memberikan kopensasi Rp 50.000; per bulan.
Salah seorang warga Lilis, warga Koto b
Boyo, yang didatangi awak media mengatakan” Yang diderita keluarganya bukan hanya persoalan sumur yang biasanya jernih kini berwarna hitam. Tapi pihaknya setiap hari juga menghirup debu mobil angkutan batubara yang melintas depan rumahnya setiap hari.
“Apalagi muatan mereka rata-rata sudah melebihi tonase sehingga banyak yang tertumpah di sepanjang jalan di desa kami. Akibat tumpahan itu, halaman rumah kami menjadi hitam,” tutur Lilis.
Saat ini, paparnya lagi, pihaknya tak bisa menggunakan air sumur untuk keperluan mandi, memasak dan mencuci karena airnya hitam. “Sumur warga yang airnya hitam itu sebagian besar yang rumahnya berada di pinggir jalan,” sambungnya.
Dulu, kata Lilis lagi” Warga masih berkenan menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari. Akan tetapi, banyak warga yang terkena gatal-gatal. “Kami pernah menggunakan air sumur untuk mandi. Tapi, badan kami terasa gatal-gatal, anak kami juga mengalami batuk yang sulit disembuhkan, sekarang kalau untuk konsumsi masak atau minum, kami membeli air galon isi ulang,”, sambungnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Jus Maini, yang menurutnya , semenjak air sumur hitam. Pihaknya menggunakan air PDAM. Namun, tak juga mampu menutupi kebutuhan keluarganya. Sebab, air PDAMnya jarang hidup.
“Kami punya air PAM Simas tapi hidupnya jarang. Bahkan, sampai tiga hari sekali baru hidup,” tutur Jus Maini yang didampingi rekannya ibuk Kona.
Pihaknya berharap, ada tindakan dari pihak berwenang terhadap keluhan warganya. Jangan hanya memberi uang konpensasi Rp50.000; saja tapi ada solusi dari masalah ini,” harapnya.
Sementara itu awak media ini memintatanggapan kepada kepala Desa Koto Boyo, namun saat di hubungi fia ponselnya Nomornya tidak aktif.
Discussion about this post